Thursday, March 31, 2011

Showtime!

Selama kurang lebih 6 bulan, saya bergabung di sebuah sanggar tari bali. Sanggar tersebut bernama saraswati. Sanggar ini terletak dekat dengan stadion mandalakrida. Di sanggar ini, saya dan teman saya clara belajar menari pendet, yaitu sebuah tarian penyambut tamu.

Ada beberapa alasan mengapa saya bergabung dalam sanggar ini, yaitu :
  • Olahraga. Saya temasuk orang yang malas olahraga. Saya hanya melakukan olahraga yang saya senangi. Selain itu hanya beberapa jenis olahraga yang saya bisa yaitu renang dan sepeda. Tapi olahraga tersebut hanya saya lakukan sesekali. Nah, dengan belajar tari ini, setidaknya badan saya jadi rutin bergerak dan berkeringat karena selalu saya lakukan setiap hari minggu
  • Hobi. Dari kecil saya memang sudah tertarik dengan tari tradisional. Ketika SD, kegiatan ekskul yang saya ikuti adalah tari daerah. Ketika itu saya belajar tari jawa seperti tari merak. Ketika SMA, saya pun mengikuti kegiatan ekskul tari daerah. Berbeda pada saat sd, pada saat itu saya belajar tari khas kalimantan (saya lupa namanya, nanti kalo sudah ingat saya tambahkan di blog ini). Jadi saya memutuskan belajar tari yang memang belum pernah saya coba. Dan pilihannya jatuh kepada tari pendet dari bali

Setelah berusaha keras menghapal dan berlatih gerakan tari pendet, tibalah waktu penilaian. Agar dapat “naik kelas” dan dapat belajar tari bali lainnya, saya dan clara harus menghadapi ujian. Kami harus tampil menari dengan properti lengkap di depan umum. Nervous sekaligus excited ketika tau akan tampil di depan umum karena sebenarnya saya agak malu dan demam panggung hehehe.

Hari penilaian pun tiba, minggu 27 maret 2011, saya dan clara tampil di taman pintar. Sebelum kami ke taman pintar, saya dan clara harus ke pasar dan kuburan untuk mencari bunga mawar dan kamboja. Setelah kami mendapatkan bunganya, kami pun  langsung melaju ke taman pintar. Setibanya di sana, kami pun langsung dipasangi sanggul, didandani dan dipakaikan kostum. Baru kali ini saya menggunakan kostum tari pendet yang seketat dan sesesak itu, untuk bernapas saja sulit (lebay). Fyi, karena saya berjilbab, saya pun menggunakan manset dan penutup kepala. Sempat deg-degan juga karena pernah seorang ibu yang juga ikut tari bali mengatakan kalo saya nanti harus buka jilbab. Untungnya ibu nyoman (sang guru tari) mengatakan bahwa saya tidak harus membukanya.

Saya dan clara pun akhirnya tampil menari. Clara tampil lebih dulu dari saya karena dia masuk kelompok yang lebih awal. Saya tidak tau juga bagaimana hasil tarian saya ketika dilihat orang lain. Yang jelas, saya tau sekali saya deg-degan luar biasa dan takut sekali kalau bokor yang saya bawa terjatuh karena tangan saya terlalu gemetar untuk membawanya. Saya juga tidak tau apakah saya “naik kelas” atau tidak hehehe. Walaupun begitu, saya tetap senang sekali karena ini merupakan pengalaman berharga bagi saya.


Terima kasih kepada teman-teman yang datang menyemangati : citra, debie, sasa, kuma, idung, bas, dan suryo J

Terima kasih kepada abang faiz sayang nan gaul yang mengantarkan saya dan clara kesana kemari walaupun saat itu lagi sakit masuk angin. Hehe


3 comments:

claraayu said...

harusnya kita foto2 wi dikuburan waktu ngambil bunga kmrn hehehe..

Fu! said...

lucu, tapi tiwi beda banget, manglingi :)

Tiwi said...

@clara: iya ya. Harusnya kita foto2 dulu dikuburan :p

@fufi: haha, aku jg pangling sama muka ku sendiri fu :s